Suatu
hari seorang tua yang bijak membawa anaknya jalan jalan. Perbekalan
sudah disiapkan dan kendaraan berupa seekor keledai juga telah didandani
sebagai kendaraan tunggangan. Keledai itu tidak terlalu besar dan
teramat kecil untuk ditunggangi dua orang.
Sampailah
disatu kampung, namun tiba tiba penduduk kampung pada mencemooh Orang
Tua Bijak dan anaknya. Mereka didesa itu berkata: “Sungguh tidak berperasaan kedua orang ini, tega teganya keledai kecil mereka tunggangi berdua”
Ooo
Demi mendengar hal itu, Orang tua Bijak yang memiliki Nama Luqmanul Hakim kemudian turun dan menuntun keledai. Masuklah mereka berdua ke suatu kampung berikutnya. Penduduk kampung pada mencela penunggang kuda, diantara mereka terdengar berkata: “alangkah kurang ajarnya sia anak itu”, umpat mereka, samar terdengar. “masa dia enek-enakan naik keledai sementara ayahnya sendiri dibiarkan berjalan menuntun keledai”
Kini giliran si anak yang merasa gerah dicela dan dihujat penduduk kampung. Si anak kemudian mempersilahkan ayahnya (Lukmanul Hakim) untuk menunggangi keledai dan ia akan berjalan menuntun keledai. Pertukaran posisi itu diminta si anak agar terbebas dari hujatan manusia.
Di kampung ketiga yang ia singgahi ternyata sama saja mereka pada mengumpat si Ayah. “Dasar Orang Tua kejam, tega membiarkan anaknya berkeringat dan kelelahan berjalan menuntun keledai, sementara Orang Tuanya malah menikmati perjalanan dengan menunggangi keledai”
Si anak mulai gerah dengan segala komentar-komentar manusia yang dia jumpai disepanjang perjalanan, sehingga akhirnya mereka (Lukman dan anaknya) sepakat untuk tidak menunggangi keledai tetapi menuntunnya bersama-sama. Alangkah tidak disangka oleh si anak, ternyata diperjalanan mereka ditertawai oleh setiap yang dijumpai mereka. “Huh dasar orang bodoh, buat apa keledai itu dituntun, bukankah keledai itu binatang tunggangan” , demikian sebagaian umpatan penduduk kampung yang terdengar langsung oleh telinga si anak.
Akhirnya si anak menemukan ide gila, ia meminta agar keledai ini di panggul saja berdua, agar sepi dari komentar dan umpatan manusia. Tentusaja semakin keras saja komentar orang orang. Mereka memandang kedua orang ini sudah gila, karena bukannya ditunggangi keledai itu, malah dipanggul.
Oooo
Lukmanul Hakim telah memberi pelajaran bagi anaknya melalui rekreasi ruhani sebenarnya.
Bahwa
prasangka manusia tidaklah akan sampai pada kebenaran sedikitpun. Dan
bahwa hidup manusia tidak akan tentram jika terus menerus menginginkan
respon baik dari sesama atau terus menerus menghindar dari komentar
jelek manusia. Satu saja yang harus diikuti yatu WAHYU ALLAH.
Bertindaklah lurus sesuai tuntunan wahyu Allah dan jangan ikuti
prasangka manusia dengan itu hidupmu PASTI dan TENTRAM. Dan pasti apapun
yang dilakukan manusia apakah itu adalah tindakan yang benar ataupun
yang salah selalu saja ada yang berkomentar.
Dan
kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja.
Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikit pun berguna untuk mencapai
kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan
(QS 10/36)
Dan
jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini,
niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain
hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah
berdusta (terhadap Allah). (QS 6/116)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar